Sephy Lavianto : Medsosmu Masa Depanmu

Sephy Lavianto : Medsosmu Masa Depanmu

Anda pengusaha muda atau mau jadi enterpreneur muda tapi konten media sosial Anda masih banyak berisi postingan “sampah” dan hal-hal negatif lainnya?
Hati-hati! Itu bisa jadi salah satu gerbang Anda menuju kehancuran karir pribadi, kehidupan profesional dan berpotensi berdampak buruk bagi bisnis Anda.

Maka Anda perlu cepat-cepat bersih-bersih konten medsos Anda dan membentuk personal branding (citra diri) yang baik.
“Personal branding secara online bagi pengusaha muda atau calon entrepreneur sangat penting. Salah satu kuncinya ada di konten postingan media sosialnya,” kata Sephy Lavianto, S.E., Ak.,M.M.,digital influencer dan media social analyst.
Hal ini disampaikan Sephy Lavianto saat menjadi pembicara seminar “Optimasi Media Sosial untuk Pengusaha Muda” yang digelar Internet Marketing (IM) Club STMIK Primakara di ruang kreatif kampus STMIK Primakara ,Jalan Tukad Badung No. 135 Denpasar, Jumat (29/6/2019).

Umumnya apa yang kita posting di media sosial seperti Facebook, Instragram, Twitter dan lainnya mencerminkan siapa diri kita, bagaimana kehidupan sehari-hari kita baik secara personal maupun profesional.
Lalu bagaimana karakter  maupun nilai-nilai yang kita usung dan pandangan kita terhadap lingkungan sekitar maupun isu-isu terkini.

“Bagi pengusaha muda dan para profesional, konten media sosial ini menjadi penting. Termasuk juga dalam mencari kerja. Ibaratnya isi medsosmu bisa jadi masa depanmu,” kata Sephy Lavianto yang juga internet marketing specialist ini.
Untuk pengusaha muda pastikan punya media sosial yang positif. Artinya dari sisi kegiatan, karya atau apa yang dihasilkan.
“Jangan sampai jadi pengusaha muda tapi isi media sosial pribadinya adalah hate speech (ujaran kebencian), itu yang bahaya,” kata praktisi media sosial yang juga salah satu dosen di STMIK Primakara (technopreneurship campus terbaik di Bali).


Jangan sampai juga pengusaha muda ini terpancing isu-isu terkini atau yang sedang jadi trending topic dan viral. Misalnya yang paling sering adalah berkaitan dengan isu-isu politik.
“Pernah kita lihat dan dengar sudah ada beberapa pengusaha yang kepancing membuat status di media sosial terkait politik yang bisa berdampak buruk bagi pribadi maupun bisnisnya,” kata Sephy Lavianto.
Maka ia menyarankan para pengusaha muda jangan sampai terpancing ke salah satu kelompok politik. Sebaiknya pengusaha itu harus netral, jangan sampai ketahuan preferensi atau pilihan politiknya.
“Sebab bisa saja karena beda pilihan politik, orang-orang tidak mau bekerja di perusahaan atau bisnis milik pengusaha ini,” kata Sephy Lavianto yang juga Google Gapura Digital Fasilitator ini.

Bisa jadi juga konsumen enggan menggunakan dan membeli produk atau jasa yang ditawarkan akibat perbedaan preferensi politik atau antipati dengan konten-konten media sosial owner atau pemilik perusahaan.
“Kalau banyak konten negatif seperti hate speech, postingan isu politik yang cenderung menyerang salah satu kelompok maka ini tidak bagus untuk bisnis,” tegas akademisi dan praktisi lulusan Universitas Pancasila dan Prasetiya Mulya Bussines School ini.

Ia pun mengingatkan pengusaha muda harus mulai curiga kalau penjualan produknya sedikit dan terus menurun. Lalu misalnya juga diikuti menurunnya jumlah undangan dari pihak luar untuk sebagai pembicara di suatu sesi seminar, workshop atau sharing dengan komunitas pengusaha atau calon pengusaha.
“Kalau itu terjadi mereka harus curiga. Why? Maka cek lagi media sosialnya. Jangan-jangan ada yang salah di sana. Ada postingan yang negatif,” ujar Sephy Lavianto.
Jika memang sebelumnya media sosial pengusaha ini isinya banyak postingan negatif, maka harus segera dibersihkan. Dalam artian konten tersebut segera dihapus. Lalu selanjutnya pilah-pilah konten yang ingin diposting.

“Jangan sayang hapus konten negatif. Kalau dibiarkan itu bisa jadi bumerang,” kata Sephy Lavianto mengingatkan.
Untuk itulah menjadi calon pengusaha ataupun  bagi yang sudah menjadi pengusaha harus mampu melakukan personal branding dan mencitrakan diri positif.
Jadi sebaiknya konten akun media sosial pribadinya harus hal-hal positif. Misalnya bisa yang berkaitan dengan bisnis atau hal-lain yang memotivasi dan menginspirasi publik.

Contohnya posting saat berpartisipasi menjadi peserta atau pemenang lomba-lomba wirausaha muda. Jadi secara pribadi dia bisa dinilai sebagai orang yang positif, profesional dan memancarkan energi positif untuk pengikut atau audience di media sosial.
“Bisa dipandang sebagai orang yang bisa diajak kerja sama, trustable atau bisa dipercaya. Bukan orang yang baper, memihak salah satu kelompok,” imbuh Sephy Lavianto.

Lalu bagaimana jika pengusaha muda atau calon pengusaha muda ini sebaliknya, yakni tidak terlalu aktif di media sosial atau malah sama sekali tidak punya akun media sosial? Apakah ini hal yang baik dan bisa membentuk personal branding yang positif?

Menurut Sephy Lavianto vakum di media sosial apalagi tidak punya akun media sosial juga tidak berdampak positif. Malah juga bisa berdampak negatif.
“Jadi mereka tidak akan dikenal publik atau calon pelanggan ataupun juga sesama pengusaha. Dia mungkin jago berbisnis, bisa jual produk banyak. Tapi tentu tidak akan dianggap sebagai pribadi yang menarik,” kata pria yang juga konsultan personal branding ini.

Tanpa bermaksud merendahkan pedagang di pasar, Sephy Lavianto memberikan ilustrasi bahwa kebanyakan pedagang ini tidak peduli dengan citra dirinya walau memang tiap hari jualannya selalu ramai.
“Mereka tiap hari dapat uang, tapi apakah mereka peduli dengan citra dirinya? Ya belum tentu,” katanya.

Makanya terlalu vakum di media sosial juga tidak baik bagi calon pengusaha muda ataupun pengusaha muda yang tengah berjuang memperkenalkan dan memasarkan produknya lebih luas ke berbagai segmen pasar.
“Jadi di media sosial harus tetap aktif tapi yang positif. Jangan super aktif tapi isinya semua negatif,” tandasnya. (wid)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *